Eheem, sekilas inilah essay pertama saya yang saya buat kerena merasa cukup gerah dengan kondisi yang dialami Bali dewasa ini. Besar harapan saya jika apa yang saya tuangkan dalam tulisan saya ini mampu diaplikasikan dan dijadikan ajang introspeksi semua pihak tentang apa yang seharusnya diperbuat. Selamat membaca!
Pulau
Bali adalah salah satu bagian dari negara kepulauan terbesar di dunia yakni
Indonesia. Nama pulau ini juga sekaligus dijadikan nama bagi provinsi ini.
Provinsi Bali terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu
Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan dan Pulau
Serangan. Secara geografis Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok
dan di sebelah utara dan selatan diapit oleh Laut Bali dan Samudera Indonesia.
Dan secara astronomis Bali terletak di 8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″
Bujur Timur sehingga membuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang
lain. Penduduk Bali berjumlah sekitar 4
juta jiwa lebih dan tersebar di 8 kabupaten diantaranya Kabupaten Badung,
Gianyar, Klungkung, Karangasem, Buleleng, Jembrana, Tabanan, Bangli serta 1 kota yang juga menjadi ibu kota dari
Provinsi Bali, yaitu Denpasar.
Begitu banyak tempat wisata yang ada
di dunia, tetapi Bali seolah-olah telah mampu merebut perhatian para wisatawan
untuk datang berkunjung. Itu lah mengapa Bali dijadikan salah satu destinasi
pariwisata yang sudah mendunia. Meskipun pariwisata provinsi ini sempat
tersentak karena peristiwa bom yang bahkan terjadi dua kali, namun perlu diakui
jika pesona Pulau Dewata tidak ada matinya.
![]() |
Peta Pulau Bali yang memperlihatkan betapa banyaknya destinasi pariwisata. |
Namun kondisi pariwisata yang luar
biasa ini tidak dibarengi dengan pemerataan pertumbuhan ekonomi di 9 wilayah
Pulau Bali. Pertumbuhan ekonomi Bali yang mencapai 6,7% atau di atas rata-rata
nasional belum mampu dinikmati sepenuhnya oleh masyarakat Bali. Tersirat kesan dimana secara nyata pertumbuhan
ekonomi yang seharusnya bisa dirasakan oleh semua kabupaten atau kota di Bali
hanya terpusat di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Tak hanya itu, muncul
pula perbedaan kondisi infrastruktur di tiap kabupaten sebagai imbas dari
situasi ekonomi di daerah tersebut sehingga menimbulkan ketidakpuasan dari
berbagai pihak terkait.
Ironisnya pertumbuhan di Bali yang
dirasa telah mengalami peningkatan tidak berjalan beriringan dengan
berkurangnya angka kemiskinan. Kondisi itu diperkuat dengan jumlah penduduk
miskin yang masih relatif tinggi yakni mencapai angka 168,78 ribu orang. Kesenjangan
social malah makin terasa, padahal esensi nyata yang diharapkan mampu tewujud
dari pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik adalah kesejahteraan masyarakat
Bali itu sendiri.
![]() |
Kemiskinan di balik kemegahan Pulau Bali. |
Salah satu kabupaten yang terbanyak
penduduk miskinnya adalah Buleleng. Kemiskinan di Buleleng terjadi karena
pembangunan perekonomian tidak merata hingga ke Bali Utara.
Salah satu penyebabnya adalah pembangunan akses jalan menuju ke Buleleng.
Salah satu penyebabnya adalah pembangunan akses jalan menuju ke Buleleng.
Di sisi lain, Kabupaten Badung
sebagai pusat kepariwisataan di Bali dan Kota Denpasar sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi serta ibukota Provinsi Bali dengan berbagai aktivitas
kegiatan mendorong laju pertumbuhan penduduk (LPP) cukup tinggi. Badung
mengalami LPP sebesar 4,63 persen pada SP 2000 hanya berpenduduk 345.863 jiwa
pada SP 2010 bertambah menjadi 543.681 jiwa dan Kota Denpasar pertumbuhannya
sebesar empat persen dari 532.440 jiwa menjadi 788.445 jiwa. Kondisi itu berada
di atas angka rata-rata Bali yang hanya 2,15 persen dari 3,14 juta jiwa pada
tahun 2000 mnejadi 3,89 juta jiwa pada tahun 2010. (Sumber data : Pusat
Penelitian Kependudukan dan Pengembangan SDM Universits Udayana)
Namun sayang, hal yang bertolak
belakang malah terjadi di Karangasem yang pertumbuhan ekonominya mencapai 6,5
persen. Pertumbuhan ekonomi yang bisa dikategorikan tinggi ini berbanding
terbalik dengan pembangunan infrastruktur belum merata di kabupaten ini. Hal
ini tentu perlu disiasati sehingga fasilitas penunjang roda pariwisata tidak
hanya bercokol di Denpasar dan Badung.
Pertumbuhan ekonomi Bali harus
selaras dengan pengurangan angka kemiskinan, pengangguran dan penambahan
kesempatan kerja. Sebab, prospek ekonomi Bali tahun 2013 dan ke depannya akan
sangat tergantung oleh visi dan misi pembangunan Bali secara menyeluruh dan
komprehensif. Mengingat daya dukung Bali yang sangat terbatas, kepadatan
kegiatan perekonomian dan kependudukan yang hanya terpusat di Bali Selatan.
Pariwisata Bali mempunyai peranan
penting untuk mendongkrak perekonomian Bali. Namun, tidak akan berarti apa pun
jika hanya bernilai secara kuantitas. Kualitas dari implikasi tumbuhnya
perekonomian yang sebenarnya itu lah yang dibutuhkan. Dengan menyadari
kelebihan yang dimiliki oleh Bali sendiri yakni di sector pariwisata, ada
baiknya semua stakeholder,
pemerintah, dunia usaha dan media mampu bekerja sama dan mendukung agar
pariwisata lebih bisa berkembang dari sebelumnya sehingga bisa membenahi segala
kondisi carut-marut yang dihadapi dewasa ini. Misalnya memperbaiki
infrastruktur penunjang seperti jalan raya untuk menuju sebuah tempat wisata.
Hal ini tentu akan memberi kenyamanan bagi para wisatawan untuk mendatangi
destinasi wisata bahkan hingga daerah pelosok Bali. Sehingga dengan ini
diharapkan daerah-daerah yang dahulu tidak tersentuh padahal memiliki potensi
wisata, mampu dinikmati oleh siapa saja yang datang. Ini tentu akan memberi
pendapatan bagi daerah itu sendiri.
Selain itu, diharapkan juga Provinsi
Bali mampu menciptakan sector baru di luar pariwisata melihat kondisi
fasilitas-fasilitas penunjang belum tersedia secara maksimal. Misalnya lebih
mengembangkan industri rumahan yang memanfaatkan sumber daya yang ada di suatu
daerah. Sehingga secara tidak langsung selain mampu memberi pemasukan bagi
daerah tersebut, daerah itu akan memiliki brand
sendiri yang menjadi identitasnya.
Dan untuk mengatasi masalah
pemerataan ekonomi di Bali maka ada baiknya jika Pemerintah Provinsi Bali
membangun pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di delapan kabupaten dan satu kota
tersebut, sehingga akan selalu ada satu tempat di tiap daerah yang menjadi
acuan
Besar harapan untuk Provinsi Bali
sendiri agar terus melakukan pembenahan di berbagai bidang tanpa melupakan
esensi sebenarnya tentang apa yang seharusnya dicapai. Kuantitas memang penting
sebagai tolak ukur keberhasilan suatu wilayah, namun tentu akan terasa lebih
klimaks jika diimbangi dengan kualitas yang mampu diaplikasikan pada seluruh
masyarakat luas.
oleh : Kadek Indah Kusuma Dewi
referensi :
·
·
Muliadi Wijaya, Awi, 2011, Bali adalah tempat wisata yang sempurna, diakses
pada 2 Maret 2013, <http://www.infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article&id=185:bali-adalah-tempat-wisata-yang-sempurna&catid=35:opini-sebelumnya&Itemid=30>
·
Bud, 2012, Pembangunan Infrastruktur Belum Merata di Bali, diakses pada 2
Maret 2013, <http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberita&kid=2&id=72778>
·
Bali Post, Pola BTDC Jadikan Rakyat Penonton ( Kamis, 28 Februari 2013)
·
Kompas, Tanpa Kebijakan Drastis ( Jumat, 1 Maret 2013 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar