Sabtu, 02 Maret 2013

BUKIT, YANG TAK SEHIJAU NAMANYA


             Penghijauan di lingkungan Bukit, Jimbaran masih menjadi perihal pelik di lingkungan Udayana. Beragam upaya telah dicanangkan guna menciptakan lingkungan belajar yang nyaman.

            Sebagai universitas negeri terbesar di Bali, Udayana merupakan universitas yang dibanggakan. Namun melihat kondisi kampus, terutama di Bukit yang selain gersang juga terkesan semrawut tentu melahirkan kekecewaan tersendiri, karena sudah barang tentu mengganggu proses belajar mengajar di Udayana.

            Kampus yang gersang sudah menjadi permasalahan yang berlarut-larut di Universitas Udayana. Hal ini sudah menjadi perdebatan sejak lama. Mulai dari mahasiswa hingga dosen sudah pernah menyinggung hal tersebut bahkan dalam acara temu rector, hal ini sempat menjadi topic kritikan terhadap pimpinan universitas tersebut. Namun secara nyata, jelas bahwa keadaan ini mengalami perubahan yang lambat sehingga menimbulkan opini jika belum ada pergerakan dari pihak rektorat untuk menanggulangi masalah yang belum bertemu titik temu ini.

            Penghijauan digadang-gadang akan menjadi solusi dari gersangnya kondisi lingkungan Universitas Udayana ini. “Program penghijauan di kampus Bukit di kemahasiswaan sudah ada tiap tahun dan sudah dilakukan oleh mahasiswa, kemudian dari perusahaan-perusahaan.” ungkap Prof. Dr. Ir. I G. P Wirawan, M.Sc.,Ph.D selaku Pembantu Rektor III ketika ditanya mengenai program penghijauan yang dilakukan oleh Udayana.

            Namun sayang, aksi penghijauan bagaikan angin lalu yang berhembus begitu saja. Gerakan penghijauan yang digembar-gemborkan dilaksanakan berlanjut tanpa adanya pemeliharaan rutin. Sampai sekarang hanya sebagian dari kawasan kampus Bukit Jimbaran yang terlihat rindang. Sebagian lagi terlantar dan hanya menjadi pemandangan gersang khas daerah Bukit.

            Kondisi tersebut tentu melahirkan banyak reaksi dari mahasiswa khususnya yang setiap harinya harus berkutat dalam suasana kurang nyaman ini. Untuk mendengar opini mahasiswa dari 13 fakultas ini, Akademika mengadakan polling yang bisa jadi tolak ukur kenyamanan mahasiswa sendiri. Dari 104 koresponden kami, 22 orang atau sekitar 21,1 % menyatakan bahwa sudah merasa nyaman dengan kondisi kampus Bukit. Namun hasil sebaliknya yakni sebanyak 82 orang atau sekitar 78,9 % menyatakan masih perlunya pembenahan di lingkungan Bukit karena masih belum merasa nyaman dengan tempat belajar mereka. Melihat hal ini sudah seharusnya pihak kampus meresa terpacu untuk merubah kondisi ini karena secara langsung ataupun tidak akan mempengaruhi penilaian khalayak ramai tentang kualitas kampus yang sudah mampu mempertahankan eksistensinya di usia yang ke-50.

            Analisis lebih lanjut juga dapat dilihat dari kondisi tanahnya, Bukit Jimbaran memiliki jenis tanah liat, agak lengket namun pada lapisan permukaan tanahnya terdapat lapisan karst (kapur) yang bersifat mudah larut oleh air sehingga memiliki celah rongga yang banyak. Sehingga tidak dapat menyimpan cadangan air dengan baik. Tanaman perdu dan semak belukar pun berkembang dengan baik disana. Dapat dilihat ketika musim penghujan, tanaman sekitar terlihat hijau dibandingkan musim kemarau. Terbukti jika air menjadi kendala utama saat ini.

            Kendala ini pula diamini oleh I G. P Wirawan yang membidangi kegiatan penghijauan di Unud. “Menanan tanaman di Bukit itu memerlukan air yang banyak dan kami memang terkendala oleh hal tersebut karena air sebagai bahan utama dalam pemeliharaan dirasa mahal bahkan lebih mahal dari tanaman itu sendiri.” jelasnya.

     Lebih lanjut untuk menyukseskan program ini pemilihan jenis tanaman yang tepat perlu diperhitungkan agar sesuai dengan kondisi di Bukit, Jimbaran. “Tanaman yang dianjurkan adalah tanaman yang memiliki simpanan air yang baik, memiliki akar tunggang yang kuat, tahan pada kondisi ekstrem. Tanaman yang cocok seperti tanaman gamal yang dikenal sebagai pagar hidup atau peneduh, dimana tanaman ini produktif dan memiliki nilai ekonomis.”  jelas Anak Agung Istri Kesumadewi, dosen Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

            Jenis tanaman ini dipilih tentu karena memiliki kelebihan di segala aspek. Selain aktif dalam memproduksi oksigen, tanaman gamal ini dapat digunakan oleh masyarakat sekitar yang beternak sapi sebagai pakan ternaknya. Penakaran gamal ini merupakan penambat nitrogen yang baik. Tanaman ini dapat mengendalikan erosi dan gulma terutama alang-alang. “Sedangkan untuk tanaman bunga yang disarankan adalah jepun, dimana tanaman ini mampu bertahan pada kondisi ekstrem di daerah Bukit Jimbaran.” tambah Kesumadewi.

            Untuk mewujudkan program ini jelas bahwa diperlukan komitmen yang kuat dari berbagai pihak. Masalah pendanaan agaknya selalu menjadi kambing hitam ketika sebuah kebijakan berhenti di tengah jalan atau bahkan dinilai tidak berhasil. “Untuk pemeliharaan kita tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit, dan ketika kita ingin melakukan sebuah inovasi baru, maka akan megorbankan alokasi dana yang sejak awal telah diperuntukkan untuk hal lain.” ungkap Wirawan.

            Sepertinya pihak rektorat masih enggan untuk mewujudkan hal tersebut sebab alokasi dana pun masih belum ada khusus untuk kegiatan menghijaukan Udayana. Dan pada akhirnya terkesan monomer sekian kan hal yang padahal sangat vital dan mempengaruhi eksistensi Universitas Udayana di lingkup yang lebih luas.

     Tapi mahasiswa juga punya andil besar dalam mewujudkan hijaunya kampus Bukit. Sangat merugikan memang jika hanya ada penghijauan namun tudak ada kelanjutan dalam hal perawatan yang sudah menjadi kewajiban tiap mahasiswa sehingga diperlukan mekanisme perencanaan yang tepat agar tidak berhenti di tengah jalan. Mengingat kurangnya partisipasi dari mahasiswa sendiri untuk turut membantu perawatannya maka hal lain yang perlu diperhatikan dalam penghijauan adalah diperlukan juga tanaman yang mudah dari segi perawatan selain itu diperhatikan juga sisi estetika atau kecantikan, sehingga terlihat beragam warna dan menciptakan keindahaan yang mendukung kenyamanan proses belajar.

           

            Hal senada juga diakui oleh PR III Udayana yang menyatakan bahwa mahasiswa seharusnya mau turun tangan demi terwujudnya kampus yang nyaman ini. “Tidak harus menanam banyak pohon, lebih baik sedikit tapi dipelihara oleh mahasiswa karena berapa pun ditanam pasti akan mati tanpa adanya pemeliharaan yang tertata dengan baik mengingat kondisi tanah yang tak bersahabat.” aku Wirawan.

            Program penghijauan yang merupakan bagian dari inisiasi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Program ini dilaksanakan pada 29 September lalu. "Jadi kami dibagi per kelompok untuk menyumbang sekitar 20.000 rupiah membeli 5 bibit pohon dan menanamnya di kawasan kampus Ekonomi Bukit Jimbaran" tutur Cokorda Istri Indah Puspitadewi. Program tersebut hendaknya dicontoh, tetapi pada kenyataannya, program tersebut tidak diimbangi dengan penyiraman yang rutin. Hanya segelintir orang yang berinisiatif untuk menyiram tanaman tersebut.

            “Itu bukan fakultas, melainkan bangunan yang diperuntukkan untuk mahasiswa asing dan dikenal dengan International Student Center, dan melihat kondisi ini seharusnya fakultas-fakultas lain terdorong karena tidak banyak dana yang dibutuhkan untuk menghijaukan lingkungan ISC.” sebut Prof. Dr. Ir. I G. P Wirawan, M.Sc.,Ph.D dalam bantahannya mengenai isu yang berkembang tentang penghijauan yang tidak merata di Bukit.
               
            Keuangan dan repotnya perawatan lingkungan di daerah Bukit Jimbaran bagai sebuah kendala yang tak mungkin terselesaikan. Padahal bila semua pihak berkomitmen serta secara kontinyu menjadikan permasalahan untuk merevitalisasi kawasan tersebut saat ini sebagai masalah wajib yang segera harus diselesaikan maka itu bukan masalah besar. Walaupun terkesan akan megurangi anggaran biaya lain yang sudah ditetapkan sejak awal tapi kenyamanan warga Udayana seharusnya menjadi tujuan utama. Lingkungan yang nyaman tentunya mendukung proses belajar yang kondusif. Alangkah baiknya bila program penghijauan diimbangi dengan upaya perawatannya juga. Memelihara tanaman disana juga berarti menjaga kestabilan tanah kapur di Bukit Jimbaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar