Sabtu, 02 Maret 2013

JELANG PEMIRA 2012 : DEMOKRASI UDAYANA HANYA SEKEDAR PROSEDUR


Perpanjangan waktu pendaftaran calon presiden dan wakil presiden BEM Udayana mewarnai rangkaian pemira (pemilu raya) 2012. Kurangnya antusiasme mahasiswa mencerminkan bahwa demokrasi yang berlangsung di Udayana hanyalah  demokrasi prosedural tanpa demokrasi substansial.

            Pemilu Raya merupakan ajang pembelajaran untuk berdemokrasi bagi mahasiswa. Dalam pemira ini akan dipilih pasangan presiden dan wakil presiden yang akan memimpin pemerintahan BEM-PM Udayana. Ajang yang merupakan program dari DPM ini merupakan event besar yang sangat penting untuk dilaksanakan karena secara langsung adalah waktu yang tepat untuk menunjukkan eksistensi organisasi terbesar di lingkungan kampus Universitas Udayana ini.
            Tapi sangat disesalkan jika permasalahan berkaitan dengan sosialisasi yang tidak merata di tiap tahunnya kerap menjadi batu sandungan dalam rangkaian PEMIRA. Malah karena informasi yang minim ini melahirkan penyimpangan di tahun sebelumnya yang menjadi bukti nyata bahwa PEMIRA sudah bergeser dari esensi awal. “Sosialisasi tahun ini kurang sekali, jangan sampai terjadi yang seperti tahun lalu. Dulu waktu PEMIRA sebelumnya, tidak ada sosialisasi langsung disuruh memilih capres dan cawapres BEM PM tanpa ada orasi atau kampanye, malah ada dari salah satu oknum panitia yang mendikte kami untuk memilih salah satu calon.” aku Gunayanti Ariani salah seorang mahasiswi Fakultas Ekonomi angkatan 2011.
            Menyikapi sosialisasi yang masih dinilai kurang ini Adi Kurniawan Darwan yang tahun ini menjabat sebagai Ketua KPRM (Komisi Pemilu Raya Mahasiswa) telah mengusahakan untuk menyelesaikan hal berkaitan dengan penyebaran informasi PEMIRA. “Panitia telah melakukan pertemuan antara BPM dan BEM tiap fakultas tapi yang hadir hanya tiga fakultas yakni Fakultas Kedokteran, Fakultas Teknologi Pertanian, dan Fakultas Pertanian, selain itu kami juga telah menyebar pamflet dan memasang baliho di berbagai tempat,” jelas mahasiswa jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Unud ini.
            Hal senada juga makin dipertegas oleh ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Hery Indrawan yang mengaku tahun ini telah mengusahakan sosialisasi yang maksimal. “Tahun ini kami telah mengoptimalkan publikasi (pemasangan pamflet, baliho, facebook, twitter, bbm, maupun komunikasi langsung dengan organisasi di fakultas). Selain itu, dalam undang-undang  diatur bahwa calon harus mengumpulkan 350 KRM yg mewakili 13 fakultas di Udayana, sebagai syarat pendaftaran, dan membentuk tim pemenangan yang mewakili minimal 7 fakultas. Artinya kalau toh sampai ada mahasiswa yang tidak mengetahui pemira, itulah mahasiswa hari ini. Kami terkendala pendanaan karena belum ada dana yang turun.
            Tapi pernyataan tersebut disanggah oleh Adi Kurniawan Darwan yang menyebutkan bahwa salah satu hambatan yang dihadapi panitia adalah merangkul badan-badan perwakilan tingkat fakultas. ”Hambatannya seperti waktu yang terbatas yaitu sekitar 1,5 bulan untuk persiapan PEMIRA ini, selain itu kemauan mahasiswa untuk berorganisasi di tingkat universitas masih sangat minim, ditambah dengan kesulitan dalam merangkul tiap BPM dan BEM fakultas.” ungkapnya.
            Salah satu hal yang juga menghiasi pelaksanaan PEMIRA tahun ini adalah perpanjangan waktu pendaftaran capres dan cawapres yang awalnya dibuka pada 26 Oktober hingga 1 November, diperpanjang sampai tanggal 6 November 2012. Hery menilai bahwa perpanjangan ini disesuaikan dengan kondisi yang ada. “Masalah pendaftaran yang diperpanjang itu keputusan KPRM dengan berkoordinasi dengan DPM tentunya. Artinya ada 2 gelombang pendaftaran. Walau sudah 10 calon pun yang mendaftar sampai tgl 1 (gelombang 1 sebelum diperpanjang) kita tetap akan perpanjang mengingat itu adalah putusan dari KPRM berdasarkan UU PEMIRA tentang penetapan tahapan PEMIRA. Masalah berapa orang yang mendaftar adalah cerminan dari organisasi mahasiswa secara keseluruhan, kita sadar jika mahasiswa hari ini apatis, bisa dicek, berapa orang yang datang ke acara-acara yang berbau idiologis dan pembelajaran dengan mahasiswa yang datang ke acara konser musik meskipun harus membayar. Saya tidak mengeneralisasi, tapi itu fakta yang lebih dominan.” jelas mahasiswa Fakultas Pertanian Unud ini.
            Lebih lanjut Ketua KPRM berharap agar PEMIRA tahun ini lebih meriah. “Tahun ini meriah, meriah dalam arti banyak yang berpartisipasi baik sebagai peserta ataupun pemilih, dan bagi presiden dan wakil presiden terpilih diharapkan mereka yang berkompeten.”
            Harapan yang sama pun diretas oleh I Gede Anom Prawira Suta selaku Ketua SMFT (Senat Mahasiswa Fakultas Teknik) yang menginginkan kredibilitas yang tinggi dari peserta PEMIRA. “Dari pandangan saya di Senat Fakultas, kami menuntut kredibilitas tinggi bagi calon presiden BEM, wawasan yang luas terutama tentang Unud dan power yang bagus untuk bisa menggerakkan universitas, selain itu juga harus punya relasi ke luar untuk Unud dan aspek-aspek khusus lainnya.” ulasnya.
            Aplikasi demokrasi di lingkungan kampus yang selama ini digadang-gadang melalui PEMIRA (demokrasi prosedural-red) sudah selayaknya dibarengi dengan penilaian secara substansial yang lebih menitikberatkan pada hal yang lebih mendalam dari hanya sekedar pemilihan wakil mahasiswa ini. Kesadaran akan demokrasi yang tak akan tercipta bila hanya dilakukan oleh satu orang harus mampu diresapi oleh tiap mahasiswa dengan bijak. Karena pada dasarnya perubahan besar diawali oleh perubahan kecil.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar