Perpanjangan waktu pendaftaran calon presiden dan
wakil presiden BEM Udayana mewarnai rangkaian pemira (pemilu raya) 2012.
Kurangnya antusiasme mahasiswa mencerminkan bahwa demokrasi yang berlangsung di
Udayana hanyalah demokrasi prosedural
tanpa demokrasi substansial.
Pemilu Raya merupakan ajang
pembelajaran untuk berdemokrasi bagi mahasiswa. Dalam pemira ini akan dipilih
pasangan presiden dan wakil presiden yang akan memimpin pemerintahan BEM-PM
Udayana. Ajang yang merupakan program dari DPM ini merupakan event besar yang sangat penting untuk
dilaksanakan karena secara langsung adalah waktu yang tepat untuk menunjukkan
eksistensi organisasi terbesar di lingkungan kampus Universitas Udayana ini.
Tapi sangat disesalkan jika
permasalahan berkaitan dengan sosialisasi yang tidak merata di tiap tahunnya
kerap menjadi batu sandungan dalam rangkaian PEMIRA. Malah karena informasi
yang minim ini melahirkan penyimpangan di tahun sebelumnya yang menjadi bukti
nyata bahwa PEMIRA sudah bergeser dari esensi awal. “Sosialisasi tahun ini
kurang sekali, jangan sampai terjadi yang seperti tahun lalu. Dulu waktu PEMIRA
sebelumnya, tidak ada sosialisasi langsung disuruh memilih capres dan cawapres
BEM PM tanpa ada orasi atau kampanye, malah ada dari salah satu oknum panitia
yang mendikte kami untuk memilih salah satu calon.” aku Gunayanti Ariani salah
seorang mahasiswi Fakultas Ekonomi angkatan 2011.
Menyikapi sosialisasi yang masih dinilai
kurang ini Adi Kurniawan Darwan yang tahun ini menjabat sebagai Ketua KPRM
(Komisi Pemilu Raya Mahasiswa) telah mengusahakan untuk menyelesaikan hal
berkaitan dengan penyebaran informasi PEMIRA. “Panitia telah melakukan
pertemuan antara BPM dan BEM tiap fakultas tapi yang hadir hanya tiga fakultas
yakni Fakultas Kedokteran, Fakultas Teknologi Pertanian, dan Fakultas
Pertanian, selain itu kami juga telah menyebar pamflet dan memasang baliho di
berbagai tempat,” jelas mahasiswa jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas
Teknologi Pertanian Unud ini.
Hal senada juga makin dipertegas
oleh ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Hery Indrawan yang mengaku tahun
ini telah mengusahakan sosialisasi yang maksimal. “Tahun ini kami telah mengoptimalkan
publikasi (pemasangan pamflet, baliho, facebook, twitter, bbm, maupun
komunikasi langsung dengan organisasi di fakultas). Selain itu, dalam undang-undang diatur bahwa calon harus mengumpulkan 350 KRM yg mewakili 13
fakultas di Udayana,
sebagai syarat pendaftaran, dan membentuk tim pemenangan yang mewakili minimal
7 fakultas. Artinya kalau toh sampai ada mahasiswa yang tidak mengetahui
pemira, itulah
mahasiswa hari ini. Kami terkendala pendanaan karena belum ada dana yang turun.”
Tapi pernyataan tersebut disanggah
oleh Adi Kurniawan Darwan yang menyebutkan bahwa salah satu hambatan yang
dihadapi panitia adalah merangkul badan-badan perwakilan tingkat fakultas. ”Hambatannya
seperti waktu yang terbatas yaitu sekitar 1,5 bulan untuk persiapan PEMIRA ini,
selain itu kemauan mahasiswa untuk berorganisasi di tingkat universitas masih
sangat minim, ditambah dengan kesulitan dalam merangkul tiap BPM dan BEM
fakultas.” ungkapnya.
Salah
satu hal yang juga menghiasi pelaksanaan PEMIRA tahun ini adalah perpanjangan
waktu pendaftaran capres dan cawapres yang awalnya dibuka pada 26 Oktober
hingga 1 November, diperpanjang sampai tanggal 6 November 2012. Hery menilai
bahwa perpanjangan ini disesuaikan dengan kondisi yang ada.
“Masalah pendaftaran yang
diperpanjang itu
keputusan KPRM
dengan berkoordinasi dengan DPM
tentunya. Artinya ada 2 gelombang pendaftaran. Walau sudah 10 calon pun yang
mendaftar sampai tgl 1 (gelombang 1
sebelum diperpanjang) kita tetap akan perpanjang
mengingat itu adalah putusan dari KPRM
berdasarkan
UU PEMIRA tentang penetapan
tahapan PEMIRA. Masalah berapa orang
yang mendaftar adalah
cerminan dari organisasi mahasiswa secara keseluruhan, kita sadar jika mahasiswa hari ini
apatis, bisa dicek, berapa orang yang datang ke acara-acara yang berbau idiologis
dan pembelajaran
dengan mahasiswa yang datang ke acara konser musik meskipun harus membayar.
Saya tidak mengeneralisasi,
tapi itu fakta yang lebih dominan.” jelas mahasiswa Fakultas Pertanian Unud ini.
Lebih lanjut Ketua KPRM berharap
agar PEMIRA tahun ini lebih meriah. “Tahun ini meriah, meriah dalam arti banyak
yang berpartisipasi baik sebagai peserta ataupun pemilih, dan bagi presiden dan
wakil presiden terpilih diharapkan mereka yang berkompeten.”
Harapan yang sama pun diretas oleh I
Gede Anom Prawira Suta selaku Ketua
SMFT (Senat Mahasiswa Fakultas Teknik)
yang menginginkan kredibilitas yang tinggi dari peserta PEMIRA. “Dari
pandangan saya di Senat Fakultas, kami menuntut kredibilitas tinggi bagi calon
presiden BEM, wawasan yang luas terutama tentang Unud dan power yang bagus untuk bisa menggerakkan universitas, selain itu juga harus
punya relasi ke luar untuk Unud dan aspek-aspek khusus lainnya.” ulasnya.
Aplikasi demokrasi di lingkungan
kampus yang selama ini digadang-gadang melalui PEMIRA (demokrasi
prosedural-red) sudah selayaknya dibarengi dengan penilaian secara substansial
yang lebih menitikberatkan pada hal yang lebih mendalam dari hanya sekedar
pemilihan wakil mahasiswa ini. Kesadaran akan demokrasi yang tak akan tercipta
bila hanya dilakukan oleh satu orang harus mampu diresapi oleh tiap mahasiswa
dengan bijak. Karena pada dasarnya perubahan besar diawali oleh perubahan kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar