Sabtu, 02 Maret 2013

PILIH KUANTITAS atau KUALITAS?


Eheem, sekilas inilah essay pertama saya yang saya buat kerena merasa cukup gerah dengan kondisi yang dialami Bali dewasa ini. Besar harapan saya jika apa yang saya tuangkan dalam tulisan saya ini mampu diaplikasikan dan dijadikan ajang introspeksi semua pihak tentang apa yang seharusnya diperbuat. Selamat membaca!         

                Pulau Bali adalah salah satu bagian dari negara kepulauan terbesar di dunia yakni Indonesia. Nama pulau ini juga sekaligus dijadikan nama bagi provinsi ini. Provinsi Bali terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan dan Pulau Serangan. Secara geografis Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok dan di sebelah utara dan selatan diapit oleh Laut Bali dan Samudera Indonesia. Dan secara astronomis Bali terletak di 8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″ Bujur Timur sehingga membuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain. Penduduk Bali  berjumlah sekitar 4 juta jiwa lebih dan tersebar di 8 kabupaten diantaranya Kabupaten Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem, Buleleng, Jembrana, Tabanan, Bangli  serta 1 kota yang juga menjadi ibu kota dari Provinsi Bali, yaitu Denpasar.
            Begitu banyak tempat wisata yang ada di dunia, tetapi Bali seolah-olah telah mampu merebut perhatian para wisatawan untuk datang berkunjung. Itu lah mengapa Bali dijadikan salah satu destinasi pariwisata yang sudah mendunia. Meskipun pariwisata provinsi ini sempat tersentak karena peristiwa bom yang bahkan terjadi dua kali, namun perlu diakui jika pesona Pulau Dewata tidak ada matinya. 

Peta Pulau Bali yang memperlihatkan betapa banyaknya destinasi pariwisata.
            Namun kondisi pariwisata yang luar biasa ini tidak dibarengi dengan pemerataan pertumbuhan ekonomi di 9 wilayah Pulau Bali. Pertumbuhan ekonomi Bali yang mencapai 6,7% atau di atas rata-rata nasional belum mampu dinikmati sepenuhnya oleh masyarakat Bali.  Tersirat kesan dimana secara nyata pertumbuhan ekonomi yang seharusnya bisa dirasakan oleh semua kabupaten atau kota di Bali hanya terpusat di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Tak hanya itu, muncul pula perbedaan kondisi infrastruktur di tiap kabupaten sebagai imbas dari situasi ekonomi di daerah tersebut sehingga menimbulkan ketidakpuasan dari berbagai pihak terkait.
            Ironisnya pertumbuhan di Bali yang dirasa telah mengalami peningkatan tidak berjalan beriringan dengan berkurangnya angka kemiskinan. Kondisi itu diperkuat dengan jumlah penduduk miskin yang masih relatif tinggi yakni mencapai angka 168,78 ribu orang. Kesenjangan social malah makin terasa, padahal esensi nyata yang diharapkan mampu tewujud dari pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik adalah kesejahteraan masyarakat Bali itu sendiri.            

Kemiskinan di balik kemegahan Pulau Bali.
            Salah satu kabupaten yang terbanyak penduduk miskinnya adalah Buleleng. Kemiskinan di Buleleng terjadi karena pembangunan perekonomian tidak merata hingga ke Bali Utara.
Salah satu penyebabnya adalah pembangunan akses jalan menuju ke Buleleng.
            Di sisi lain, Kabupaten Badung sebagai pusat kepariwisataan di Bali dan Kota Denpasar sebagai pusat pertumbuhan ekonomi serta ibukota Provinsi Bali dengan berbagai aktivitas kegiatan mendorong laju pertumbuhan penduduk (LPP) cukup tinggi. Badung mengalami LPP sebesar 4,63 persen pada SP 2000 hanya berpenduduk 345.863 jiwa pada SP 2010 bertambah menjadi 543.681 jiwa dan Kota Denpasar pertumbuhannya sebesar empat persen dari 532.440 jiwa menjadi 788.445 jiwa. Kondisi itu berada di atas angka rata-rata Bali yang hanya 2,15 persen dari 3,14 juta jiwa pada tahun 2000 mnejadi 3,89 juta jiwa pada tahun 2010. (Sumber data : Pusat Penelitian Kependudukan dan Pengembangan SDM Universits Udayana)
            Namun sayang, hal yang bertolak belakang malah terjadi di Karangasem yang pertumbuhan ekonominya mencapai 6,5 persen. Pertumbuhan ekonomi yang bisa dikategorikan tinggi ini berbanding terbalik dengan pembangunan infrastruktur belum merata di kabupaten ini. Hal ini tentu perlu disiasati sehingga fasilitas penunjang roda pariwisata tidak hanya bercokol di Denpasar dan Badung.
            Pertumbuhan ekonomi Bali harus selaras dengan pengurangan angka kemiskinan, pengangguran dan penambahan kesempatan kerja. Sebab, prospek ekonomi Bali tahun 2013 dan ke depannya akan sangat tergantung oleh visi dan misi pembangunan Bali secara menyeluruh dan komprehensif. Mengingat daya dukung Bali yang sangat terbatas, kepadatan kegiatan perekonomian dan kependudukan yang hanya terpusat di Bali Selatan.
            Pariwisata Bali mempunyai peranan penting untuk mendongkrak perekonomian Bali. Namun, tidak akan berarti apa pun jika hanya bernilai secara kuantitas. Kualitas dari implikasi tumbuhnya perekonomian yang sebenarnya itu lah yang dibutuhkan. Dengan menyadari kelebihan yang dimiliki oleh Bali sendiri yakni di sector pariwisata, ada baiknya semua stakeholder, pemerintah, dunia usaha dan media mampu bekerja sama dan mendukung agar pariwisata lebih bisa berkembang dari sebelumnya sehingga bisa membenahi segala kondisi carut-marut yang dihadapi dewasa ini. Misalnya memperbaiki infrastruktur penunjang seperti jalan raya untuk menuju sebuah tempat wisata. Hal ini tentu akan memberi kenyamanan bagi para wisatawan untuk mendatangi destinasi wisata bahkan hingga daerah pelosok Bali. Sehingga dengan ini diharapkan daerah-daerah yang dahulu tidak tersentuh padahal memiliki potensi wisata, mampu dinikmati oleh siapa saja yang datang. Ini tentu akan memberi pendapatan bagi daerah itu sendiri.
            Selain itu, diharapkan juga Provinsi Bali mampu menciptakan sector baru di luar pariwisata melihat kondisi fasilitas-fasilitas penunjang belum tersedia secara maksimal. Misalnya lebih mengembangkan industri rumahan yang memanfaatkan sumber daya yang ada di suatu daerah. Sehingga secara tidak langsung selain mampu memberi pemasukan bagi daerah tersebut, daerah itu akan memiliki brand sendiri yang menjadi identitasnya.
          Dan untuk mengatasi masalah pemerataan ekonomi di Bali maka ada baiknya jika Pemerintah Provinsi Bali membangun pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di delapan kabupaten dan satu kota tersebut, sehingga akan selalu ada satu tempat di tiap daerah yang menjadi acuan
            Besar harapan untuk Provinsi Bali sendiri agar terus melakukan pembenahan di berbagai bidang tanpa melupakan esensi sebenarnya tentang apa yang seharusnya dicapai. Kuantitas memang penting sebagai tolak ukur keberhasilan suatu wilayah, namun tentu akan terasa lebih klimaks jika diimbangi dengan kualitas yang mampu diaplikasikan pada seluruh masyarakat luas. 

oleh : Kadek Indah Kusuma Dewi 
referensi : 
·          
     Wikipedia, 2013, Bali, diakses pada 2 Maret 2013, <http://id.wikipedia.org/wiki/Bali>


·         Muliadi Wijaya, Awi, 2011, Bali adalah tempat wisata yang sempurna, diakses pada 2 Maret 2013, <http://www.infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article&id=185:bali-adalah-tempat-wisata-yang-sempurna&catid=35:opini-sebelumnya&Itemid=30>


·         Bud, 2012, Pembangunan Infrastruktur Belum Merata di Bali, diakses pada 2 Maret 2013, <http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberita&kid=2&id=72778>

·         Bali Post, Pola BTDC Jadikan Rakyat Penonton ( Kamis, 28 Februari 2013)

·         Kompas, Tanpa Kebijakan Drastis ( Jumat, 1 Maret 2013 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar